Senin, 13 Oktober 2014

Bebek Bakar/Goreng Bumbu Melayu: Tidak Amis, Rendah Kolesterol



Menu bebek di dunia kuliner mungkin sudah bukan barang asing. Kuliner berbahan baku daging unggas yang senang hidup dekat air ini banyak ditampilkan dengan berbabagai variasi. Baik variasi dalam mengolah, memberi bumbu, maupun dalamn penampilan ketika disajikan. Dari semua hal itu, mungkin yang menjadi persoalan utama dalam olah-mengolah bebek adalah pada faktor bau amis, sedikit ”wengur” (apek-langu), dan kandungan lemaknya yang cukup banyak dibandingkan dengan daging ayam kampung. Faktor lemak dan bau amis/wengur bebek inilah yang sering menjadi kendala bagi para pengolah daging bebek.

Akan tetapi bagi Rumah Makan Bebek Bumbu Melayu hal ini tampaknya justru menjadi tantangan sekaligus peluang. Dengan mengandalkan 13 jenis rempah-rempah Rumah Makan Bumbu Melayu yang berpusat di Pekanbaru, Riau ini berani melangkahkan kaki membuka cabangnya di Jawa. Cabang-cabang Rumah Makan Bumbu Melayu di Jawa ini berada di Jl. Parangtritis Km 9, Sewon, Bantul, Yogyakarta. Cabang lainnya berada di Jl. Wonogiri-Sengon, batas kota Wonogiri, Jl. Yosodipuran 84, Mangkubumen, Surakarta, dan Jl. Fatmawati 37, Pedurungan, Semarang.

Kecuali mengandalkan bumbu rempah sebanyak 13 jenis, Rumah Makan Bebek Bumbu Melayu ini juga menawarkan paket-paket yang cukup murah. Paket yang cukup populer di rumah makan ini adalah Paket Q Beek yang berisikan nasi putih, lalapan, sambel melayu, dan minuman jus beras kencur. Paket Q Beek ini dibanderol dengan harga Rp 15.000,-.



Oleh karena paketnya cukup murah Tembi pun mencoba paket Q Beek ditambah dengan dua menu: Tempe Penyet dan Terong Penyet dengan harga untuk keduanya adalah Rp 8.000,-. Oh iya, Tembi masih minta tambahan segelas Air Putih untuk menetralkan rasa di lidah.

Ketika Tembi mencoba menyuwir ’mencabik’ daging paha atas bebek yang disajikan memang terasa cukup empuk. Demikian pun ketika dikunyah. Tembi mencoba mengendus aroma daging bebek yang disajikan; ternyata memang tidak amis/wengur. Rahasianya karena daging bebek telah direndam dalam 13 jenis rempah dalam waktu hampir semalaman. Perendaman dan perebusan daging dengan rempah semacam itu mampu meluruhkan kandungan lemaknya yang memang memberikan aroma amis/wengur khas bebek. Sekaligus juga dengan perendaman semacam itu kadar kolesterol yang cukup tinggi di dalam daging bebek ikut terluruhkan.

Dengan demikian daging yang disantap Tembi kelihatan tampil lebih langsing atau ringkes. Mungkin bisa pula dikatakan lebih atletis atau seksi. Tampilannya sungguh berbeda dengan daging ayam potong yang lazim dibuat menjadi ayam goreng ”fried chicken”. Ketika Tembi menyoba mencicip rasa daging bebek ini ternyata memang empuk. Sekalipun demikian tidak ”moprol” ’gampang hancur’. Tekstur daging bebeknya masih cukup terasa. Agak sulit menemukan faktor rempah apa yang cukup dominan dalam rasa daging bebek bumbu Melayu ini. Tampaknya semua unsur rempah memang menyatu. Hanya mungkin, unsur rasa manis dan sedikit asin yang padu dalam takaran yang cukup pas memang masih tetap mendominasi. Mungkin hal itu disebabkan oleh bumbu kecap, gula, dan garamnya.

Faktor lain yang cukup menonjol dalam suguhan ini adalah sambal Melayu-nya yang khas pedasnya. Pedasnya cukup sengit. Bagi yang tidak tahan pedas sebaiknya tidak buru-buru mencocol atau mencolek sambalnya dalam jumlah banyak karena lidah dan perut bisa minta ampun.



Untuk Tempe Penyetnya memang terkesan bersahaja. Namun sambalnya tetap melecut lidah. Mungkin yang agak tidak biasa bagi orang Jawa adalah Terong Penyetnya yang digoreng relatif cukup kering sehingga pinggiran terong yang diiris melintang tipis terasa krispi.

Jus beras kencurnya mungkin juga terasa istimewa karena jus kencur ini menggunakan sirup dan perasan jeruk nipis. Jadi, rasa dan aroma beras kencurnya terasa beda dengan beras kencur tradisional bikinan para bakul jamu. Jus beras kencur di sini terasa lebih asam dan aroma kencurnya terasa agak tenggelam oleh aroma sirupnya. Untuk lebih mengenal aneka masakan khas Nusantara tidak ada jeleknya mencoba mencicipi Bebek Bumbu Melayu yang dikomandoi oleh Andi Wijaya sejak 1988 ini.

Bersumber dari : Tembi Rumah Budaya