Senin, 28 Januari 2013

Wedding Planner, Tak Cuma Mengurusi Pernikahan


Wedding planner identik dengan pesta pernikahan? Ternyata tidak. Wedding planner juga bisa banyak membantu keperluan yang tidak berhubungan dengan resepsi pernikahan. Misalnya, perhelatan musik, pesta ulang tahun, pertemuan atau reuni, meeting akbar, hingga pesta-pesta tematik lainnya seperti pesta kebun.

Mella Nova, dari 7 Haven Wedding Organizer, mengatakan bahwa orang yang ingin mengadakan jahatan biasanya menggunakan jasa wedding planner atau wedding organizer. Dengan menyewa jasa wedding organizer (WO), si empu hajatan  tidak harus memusingkan hal-hal kecil yang seharusnya bisa ditangani oleh orang lain.

''Ada hal yang seharusnya lebih difokuskan sebelum hari H. Misalnya persiapan mental.  Kalau (hajatannya) itu meeting besar, pastinya konsentrasi pada persiapan bahan. Nah, tugas dari kami adalah membantu klien dalam mempersiapkan hal-hal yang menunjang acara,'' tutur Mella dalam perbincangan di pembukaan Wedding Expo 2010 di Jakarta Convention Center, Jumat (29/1/2010).

Pekerjaan yang dilakukan wedding planner saat mempersiapkan hajatan adalah:

1. Brainstorming
Melakukan brainstorming dengan si empunya hajatan. Anda harus memberi penjelasan mengenai tema pesta yang Anda inginkan, berapa jumlah tamu undangan, dan berapa lama acara akan berlangsung.

2. Item yang diinginkan dalam acara
Misalnya Anda ingin mengadakan pesta kebun. Apakah Anda membutuhkan MC dan live music, penyanyi dengan konsep full band atau organ tunggal, apakah perlu disiapkan panggung, podium, rangkaian bunga, dan lain sebagainya.

3. Budget
Mendiskusikan budget yang dimiliki klien. Misalnya Anda menginginkan pesta pernikahan sederhana dengan biaya Rp 30 juta. Maka tugas WO mencari vendor-vendor dengan tarif yang bisa "masuk" ke dalam budget yang ditentukan. Atau, bila vendor yang diminta termasuk cukup terkenal, adakah paket yang sesuai dengan harga yang Anda minta.

4. Tema
Pesta yang menggunakan tema sekarang bukan cuma pesta pernikahan, pesta ulang tahun, atau staff party yang diadakan di perusahaan-perusahaan. Acara syukuran kelahiran anak pun sekarang juga menggunakan tema, misalnya tema outdoor. WO perlu mengatur apakah ada prosesi atau upacara adat tertentu, apa menu makanannya, meja dan kursi, hingga hal-hal mendetail seperti menyiapkan permainan di area khusus untuk anak-anak.

5. Kelengkapan
Banyak pernik-pernik yang seolah remeh, tetapi ternyata sangat diperlukan. Misalnya kantong atau kotak plastik untuk membungkus sisa hidangan pesta (biasanya saat resepsi pernikahan), gunting, tali, selotip, lakban, amplop, dan lain sebagainya.

Bersumber dari : kompas.com

Rabu, 02 Januari 2013

Awas, Virus ini Menyebar Lewat Ciuman


Jakarta, Berciuman merupakan salah satu 'ritual' yang sering dilakukan pasangan kekasih. Aktivitas yang menyenangkan ini tidak sepenuhnya bebas penyakit, apalagi yang melibatkan pertukaran air liur. Ada sebuah penyakit yang amat rentan ditularkan lewat berciuman.

Penyakit tersebut adalah penyakit Mono atau mononukleosis akibat infeksi virus Epstein Barr. Virus ini dapat menular melalui kontak dengan air liur orang yang terinfeksi. Sebuah penelitian menemukan bahwa berciuman dapat meningkatkan risiko terserang mono.

Selain lewat ciuman, virus Epstein Barr dapat menyebar melalui batuk, bersin atau berbagi makanan. Untungnya virus ini penularannya tidak seperti virus flu. Seperti dikutip dari MyhealthNewsDaily.com, Rabu (2/1/2013), kebanyakan penderita yang terkena virus ini sebelum dewasa akan mengembangkan kekebalan terhadap virus.

Para peneliti di University of Minnesota Medical School di Minneapolis memantau 546 orang mahasiswa. Sebelum penelitian dimulai, para peneliti menguji keberadaan antibodi virus Epstein-Barr dalam darah peserta. Sekitar 63 persen positif memiliki antibodi, artinya mereka pernah mengidap mono sebelumnya.

Selama penelitian, dokter mendiagnosis 66 orang mahasiswa yang mengidap mono. Dari jumlah tersebut, sebanyak 59 orang menampakkan gejala penyakit mono. Sayangnya peneliti belum dapat mengetahui seberapa sering para peserta menampakkan gejala.

Siswa yang mengidap mono jatuh sakit selama rata-rata 17 hari, namun masih dapat menularkan virus untuk jangka waktu sekitar 5 bulan. Tingkat infeksi virus lebih tinggi saat tahun pertama kuliah, yaitu 26 kasus per 100 orang. Pada mahasiswa yang sudah 3 tahun kuliah, tingkat infeksinya 10 kasus per 100 orang per tahun.

Laporan yang dimuat Journal of Infectious Diseases menegaskan bahwa orang yang berciuman lebih mungkin terserang mono dibandingkan yang tidak berciuman atau bahkan berhubungan seks. Faktor-faktor lain yang diduga dapat meningkatkan risiko mono seperti pola makan, kebiasaan olahraga dan stres ternyata tidak terbukti mempengaruhi.

Kabar baiknya, penyakit ini tidak terlalu berbahaya. Gejala-gejala yang muncul akibat penyakit ini adalah sakit tenggorokan, kelelahan, sakit kepala, demam, nafsu makan berkurang dan pembengkakan amandel. Namun ada juga beberapa orang yang mengidap mono tanpa menunjukkan gejala.


(pah/vit)
Bersumber dari : Putro Agus Harnowo - detikHealth