Jumat, 31 Agustus 2012

Agar Bisa Lebih Hemat Saat Weekend


Jakarta - Umumnya setiap orang selalu memanfaatkan waktu mereka di akhir pekan dengan pergi ke mal atau sekadar jalan-jalan santai bersama keluarga, pasangan, maupun teman. Tak jarang pula mereka kerap berbelanja dan menghabiskan uang lebih. Niat untuk refreshing dan cuci mata pun berubah menjadi belanja dengan pengeluaran yang tak terkontrol. Jika ini selalu dialami oleh Anda, sebaiknya perhatikan cara berhemat saat weekend berikut ini, seperti dikutip dari Female First.

1. Menonton DVD
Daripada Anda keluar rumah hanya untuk nonton fim di bioskop, lebih baik menyewa DVD dan menontonnya di rumah. Ini akan membantu Anda agar bisa lebih berhemat. Tak ada salahnya mengajak teman dan pasangan ke rumah untuk menonton bersama-sama.

2. Makan di Rumah
Sebelum memutuskan untuk pergi ke mal dan berjalan-jalan, sebaiknya makanlah terlebih dahulu di rumah. Jangan biarkan Anda pergi saat perut dalam keadaan kosong, karena hal tersebut hanya akan membuat Anda lebih boros dan membeli makanan di restoran dengan harga yang cukup mahal. Bukankah lebih baik uang yang Anda keluarkan itu untuk ditabung demi masa depan?

3. Tukar Menukar Barang
Daripada pergi berbelanja untuk membeli pakaian baru yang hanya membuat lemari baju Anda menjadi penuh, lebih baik mengajak beberapa teman untuk melakukan sesi tukar-menukar barang. Selain bisa lebih berhemat, ini juga akan menjadi aktivitas baru yang menyenangkan yang bisa dilakukan dengan teman Anda. Kepuasan memiliki barang baru tanpa mengeluarkan uang pun bisa terlaksana.

4. Menata Perabot Rumah
Jika Anda berniat untuk membeli furniture baru karena bosan dengan tampilan perabotan rumah Anda, sebaiknya lakukanlah penataan ulang pada furniture tersebut. Bosan dengan tampilan perabot rumah bukan berarti mengharuskan Anda untuk membeli baru.

5. Jalan-jalan di Taman
Meluangkan waktu untuk refreshing tidak hanya bisa dilakukan di mal. Jalan-jalan di taman bisa menjadi alternatif. Selain gratis, suasana yang tenang dan segar juga bisa Anda dapatkan. Ini juga bisa membantu menghilangkan depresi dan penatnya akibat aktivitas yang dilakukakan di weekdays.

(rma/rma)
Bersumber dari : Dona Rema - wolipop

Selasa, 28 Agustus 2012

Senang Makan Manis Sejak Kecil Bisa Terhindar dari Diabetes, Benarkah?


Jakarta, Diabetes terjadi karena kadar gula dalam darah meningkat. Ada yang berpendapat bahwa penyebabnya adalah gula darah yang meningkat secara tiba-tiba saat dewasa. Lantas apakah dengan makan manis dari kecil bisa menghindari Anda dari si kencing manis alias diabetes?

"Itu salah, nggak ada benar-benarnya. Itu anggapan yang benar-benar salah," tegas dr. Dante Saksono Harbuwono, Sp.PD, PhD, dari Divisi Metabolik Endokrin, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM kepada detikHealth, seperti ditulis Rabu (29/8/2012).

Menurut dokter yang menjadi ahli molekuler diabetes pertama di Indonesia ini, kebiasaan makan manis justru bisa membuat anak berisiko mengalami obesitas (kegemukan) sejak kecil.

Padahal, lanjut dr Dante, obesitas adalah salah satu faktor utama yang menyebabkan orang terkena diabetes.

Hal tersebut juga diamini oleh Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH. Menurutnya, bila sejak kecil anak sudah terbiasa dengan makanan manis, maka insulinnya menjadi lebih sensitif terhadap glukosa. Bila terjadi terus-menerus, insulin menjadi tidak peka atau resisten, yang pada akhirnya menyebabkan diabetes.

"Kalau dari kecil sudah banyak makan makanan manis, justru insulinnya jadi lebih sensitif. Makanya kalau orangtuanya ada penyakit gula kita anjurkan anaknya jangan banyak makan makanan manis. Karena bisa juga karena faktor genetik," jelas Dr Ari, Ketua Bidang Advokasi Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PB PAPDI) saat berbincang dengan detikHealth.

Tak cuma pada orang dewasa, anak-anak pun sudah bisa terkena diabetes. Biasanya diabetes menyerang anak yang doyan makan manis, makanan berkalori tinggi seperti junk food, ditambah dengan gaya hidup tak sehat dan jarang bergerak.

Bukan hanya diabetes tipe 1 yang terjadi karena kerusakan sel pankreas, anak-anak juga bisa menderita diabetes tipe 2, yaitu karena gaya hidupnya yang tidak sehat.

Data terbaru dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) bahkan menunjukkan bahwa penderita diabetes anak di Indonesia sudah meningkat hingga 500 persen dalam 3 tahun terakhir.

"Di tahun 2009 anak yang menderita diabetes tidak sampai 150 anak. Sekarang data terakhir sudah hampir 800 anak yang menderita diabetes. Tidak ada apa-apa saja tapi dalam 2 sampai 3 tahun tahun kenaikannya sudah 500 persen," jelas Dr. Aman Pulungan, Sp.A (K), Ketua UKK Endorinologi IDAI, dalam artikel detikHealth.

Dr Aman menjelaskan, dari 800 anak tersebut kebanyakan menderita diabetes tipe 1 (karena kerusakan sel pankreas), namun 60 diantaranya adalah penderita diabetes tipe 2 (diabetes karena gaya hidup tidak sehat) dan kesemuanya mengalami kegemukan.

Hal ini sangat memprihatinkan, karena jika anak-anak saja sudah menderita diabetes maka tentu kualitas hidupnya ke depan sudah sangat berkurang.

Belum lagi anak yang menderita diabetes memiliki peluang besar untuk mengalami penyakit komplikasi seperti hipertensi, penyakit jantung dan stroke lebih dini.

(mer/ir)
Bersumber dari : Merry Wahyuningsih - detikHealth

Senin, 27 Agustus 2012

Fakta yang Sebaiknya Diketahui Tentang Diare


Jakarta, Diare bisa dialami oleh siapa pun mulai dari anak-anak hingga orang tua. Meski sering dianggap sepele, sebenarnya diare ini bisa berbahaya karena memicu dehidrasi. Untuk itu ketahui 5 fakta seputar diare.

Ketika diare maka cairan tubuh banyak yang terbuang, begitu pula dengan elektrolit penting yang bertugas menunjang fungsi tubuh. Jika disebabkan oleh infeksi, maka kuman akan mengganggu kinerja dari enzim yang terdapat di jaringan usus halus serta sistem penyerapan.

Berikut ini 5 fakta yang harus diketahui dari kondisi diare, seperti dikutip dari Timesofindia, Jumat (29/6/2012) yaitu:

1. Diare bukanlah penyakit, tapi hanya gejala
Diare seringkali membuat tubuh kehilangan cairan yang dikaitkan dengan sejumlah komplikasi lain. Ketika seseorang diare maka akan mengalami peningkatan buang air besar dan sering disertai dengan gejala lain seperti muntah, demam, nyeri perut dan kehilangan nafsu makan.

2. Terkadang diare terjadi tanpa infeksi
Secara umum diare memang banyak disebabkan oleh kuman, bakteri, virus dan parasit, tapi kadang seseorang bisa mengalami diare tanpa adanya infeksi. Misalnya disebabkan oleh obat-obatan tertentu, alergi makanan, penyakit kronis, zat adiktif makanan, pola makan yang salah serta stres.

3. Diare bisa membuat volume urine berkurang
Orang yang diare akan menderita mencret dan berair, serta kadang disertai dengan berkurangnya buang air kecil. Selain volume urine yang berkurang, diare memicu rasa kembung, mual dan kram perut. Jika diare berlangsung lebih dari 48 jam atau mengalami demam hingga 38,5 derajat sebaiknya periksakan ke dokter karena bisa jadi tanda diare akut.

4. Tujuan dasar pengobatan diare adalah mengembalikan pola buang air besar menjadi normal
Salah satu tujuan dasar dari orang yang kena diare adalah mengembalikan pola buang air besar menjadi normal, meski begitu seseorang juga perlu mencegah dehidrasi dengan tetap mengonsumsi cairan yang cukup baik dari air putih maupun sup.

Hal ini karena diare sangat mudah menyebabkan dehidrasi berlebihan yang merupakan salah satu gejala utama dari diare yang bisa memicu kerusakan ginjal dan ketidakseimbangan elektrolit yang bisa memicu kondisi ekstrem.

5. Penyebaran diare bisa dikurangi jika rutin mencuci tangan
Sebagian besar kasus diare disebabkan oleh infeksi yang sebenarnya bisa dicegah jika menjaga kebersihan salah satunya melalui cuci tangan menggunakan sabun secara teratur. Jika sulit mendapatkan akses air, maka bisa menggunakan cairan tangan berbasis alkohol.

Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan tidak mengonsumsi makanan yang terkontaminasi atau tidak higienis, serta pastikan mencuci sayuran, merebus atau memasak makanan secara efektif untuk membunuh semua kuman.

(ver/ir)
Bersumber dari : Vera Farah Bararah - detikHealth

Sabtu, 18 Agustus 2012

Darah yang Hilang Hanya Bisa Diganti oleh Darah


Jakarta, Ada banyak hal yang bisa membuat orang harus kehilangan darah seperti perdarahan atau mengalami kecelakaan. Tapi darah yang hilang ini hanya bisa diganti oleh darah, sehingga donor darah adalah kegiatan yang sangat penting dan bermanfaat untuk mengganti darah yang hilang.

"Darah yang kurang itu hanya bisa ditutupi oleh darah lagi, kita nggak bisa membuat darah," ujar Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH(K) dalam acara Symphony 2012: Sympathy through Blood Donation on Friday di FKUI, Salemba, Jakarta seperti ditulis Sabtu (4/8/2012).

Dr Ari menjelaskan jika ada orang yang kekurangan darah maka musti ditambah atau diganti dengan darah juga, tidak bisa dengan menambah cairan infus karena infus hanya untuk menaikkan tekanan darah saja dan membuat darah menjadi lebih encer.

"Kalau darah berkurang maka dampaknya akan membuat kadar hemoglobin (Hb) menjadi lebih rendah dan itu harus diganti dengan darah. Memang ada obat yang bisa merangsang pembentukan sel darah tapi itu butuh waktu, sedang orang-orang yang butuh darah itu biasanya waktunya singkat," ungkapnya.

Dr Ari mencontohkan jika ada pasien yang muntah darah maka nilai Hb nya bisa turun sampai 6-5 padahal normalnya untuk laki-laki 13 dan perempuan 12. Cara mengatasi atau menaikkan kadar Hb hanya dengan transfusi darah. Sedangkan darah yang sulit didapat ini karena memang harus melalui donor, dan jumlah pendonor ini kurang.

Untuk pasien yang secara rutin membutuhkan darah seperti thalasemia atau leukemia biasanya sudah mengantisipasi kekurangan darah yang terjadi. Tapi untuk kasus membutuhkan darah yang mendadak seperti akibat kecelakaan, perdarahan akibat luka atau pun konsumsi obat-obatan, ini yang perlu diperhatikan karena terjadi di waktu yang tidak bisa diduga.

Umumnya secara normal kandungan darah dalam tubuh seseorang adalah 10 persen dari total berat badannya, dan darah ini akan diproduksi kembali dalam jangka waktu 120 hari.

"Saat donor darah sekitar 450 cc sebenarnya tidak terlalu mempengaruhi tekanan darah, dengan kondisi tekanan darah yang normal maka saat selesai nggak akan bikin drop. Jadi nggak usah takut jika darahnya berkurang akan mengalami gangguan," ujar Dr Ari.

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi seseorang sebelum akhirnya ia boleh mendonorkan darahnya, yaitu:
1. Tekanan darah sistolik 110-160 dan diastoliknya 70-100
2. Tidak sedang demam yaitu suhu tubuhnya kurang dari 37,5 derajat celsius.
3. Berat badan lebih dari 45 kg
4. Lolos dari uji skrining darah seperti hasil negatif untuk HIV dan hepatitis B.

Jika orang tidak lagi melakukan donor darah maka tidak akan ada stok darah, padahal darah adalah hidup bagi pasien yang membutuhkan. Karenanya jangan ragu untuk mendonorkan darah demi menyelamatkan nyawa orang lain.

(ver/ir)
Bersumber dari : Vera Farah Bararah - detikHealth

Jumat, 10 Agustus 2012

Buah Leci Bisa Menumpas Sel Kanker Payudara


Jakarta - Buah yang manis sedikit asam ini banyak digemari orang. Bisa dimakan segara atau dicampur menjadi isian es campur dan puding. Dibalik kesegarannya, buah ini menyimpan banyak manfaat, diantaranya bisa menumpas sel kanker.

Leci merupakan jenis buah yang tergolong kedalam keluarga soapberry. Jarang ditemukan di Filipina, Indonesia, Vietnam Utara, Taiwan, Cina dan India. Buah musiman ini dipanen saat musim panas. Kandungan vitamin dan mineralnya yang tinggi sangat baik dikonsumsi setiap hari.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa, buah leci diketahui dapat menumpas pertumbuhan sel kanker. Hal ini disebabkan karena leci mengandung sejumlah flavonoid, yang efektif melawan kanker payudara.

Selain itu kandungan vitamin C di dalamnya juga dapat melawan penyakit jantung, menjaga kesehatan tulang, kulit dan jaringan tubuh. Jika demam atau sakit tenggorokan, juga bisa diatasi dengan makan leci. Buah ini juga akan membantu tubuh untuk menyerap nutrisi penting dari makanan.

Di swalayan buah ini banyak dijual dalam bentuk kemasan atau kalengan dan buah segar utuh. Jika ingin membeli yang masih segar, pilihlah leci yang menempel pada batangnya, berwarna merah atau merah muda merata dan tidak ada bercak kecokelatan.

(dyh/odi)
Bersumber dari : Dyah Oktabriawatie Waluyani - detikFood