Selasa, 14 Februari 2012

Demam Tifoid

Demam Tifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhii. Penyakit ini kadang disebut juga dengan Demam enterik. Penularan terjadi apabila seseorang mengkonsumsi air atau makanan yang terkontaminasi oleh bakteri tersebut. Penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan di beberapa Negara, termasuk Indonesia. Indonesia dan sebagian besar Asia Selatan merupakan daerah endemik Demam Tifoid. Anak seringkali terkena penyakit ini akibat mengkonsumsi makanan dan minuman yang tidak higienis. Demam tifoid terjadi pada 16-33 juta manusia setiap tahunnya, dengan meninggal sebanyak 500.000.

Penyakit Demam Tifoid gejalanya seringkali tidak spesifik dan sangat mirip dengan penyakit lainnya seperti dengan Demam Berdarah (walaupun penyebabnya jelas sangat berbeda, karena seperti diketahui Demam Berdarah disebabkan oleh virus yang dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti). Perjalanan penyakit pada minggu pertama ditandai dengan demam, nyeri kepala, mual, muntah, dan tidak mau makan. Pada anak yang lebih kecil biasanya disertai diare, sedangkan pada anak yang lebih besar biasanya malah terjadi konstipasi (sembelit). Pada minggu kedua, gejala semakin jelas dengan demam yang setiap hari semakin tinggi/stepwise pattern (meskipun tidak selalu seperti ini), pembesaran hati dan limpa, perut kembung, bahkan bisa terjadi gangguan kesadaran. Seringkali juga ditemukan lidah tifoid yang tampak sebagai lidah yang kering, dengan lapisan putih tebal di tengah. Bila tidak mendapat terapi yang tepat maka dapat menyebabkan komplikasi seperti perdarahan usus, usus bolong/perforasi (biasa pada minggu ke 3) ataupun infeksi dalam perut lainnya. Komplikasi yang lebih jarang seperti meningitis (radang selaput otak), radang paru-paru atau gangguan pada otak juga dapat ditemukan.

Diagnosis Demam Tifoid pada anak seringkali sulit, pemeriksaan tambahan dapat membantu dalam menegakkan diagnosis. Pemeriksaan pembantu yang seringkali digunakan adalah Widal test. Tes ini cepat dan murah, tetapi tidak spesifik dan harus disesuaikan dengan kondisi klinis anak. Pemeriksaan lain yang lebih bagus seperti misalnya: kultur bakteri yang ada di dalam darah, sumsum ataupun tinja. Tes PCR di laboratorium dikatakan dapat lebih memastikan dan lebih cepat diketahui hasilnya, hanya sayang harganya masih cukup mahal.

Pengobatan demam tifoid mutlak memerlukan antibiotik. Antibiotik yang seringkali diberikan adalah golongan kloramfenikol dan siprofloksasin. Sekarang ini timbul masalah baru yaitu timbulnya resistensi atau kekebalan terhadap antibiotik tertentu, sehingga terkadang diperlukan antibiotik golongan lain untuk dapat membunuh bakteri tersebut. Pemberian antibiotik oleh dokter perlu dituruti cara pemberiannya dan sampai habis (terkadang dokter memberikan untuk jangka waktu yang cukup lama 2-3 minggu tergantung jenis antibiotik yang diberikan).

Sekarang ini sudah tersedia vaksin Tifoid yang sudah disetujui oleh IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) untuk diberikan kepada anak berusia 2 tahun dan diulang setiap 3 tahun sekali.

Bersumber dari : www.kiddiecarecentre.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar